Sunday 17 March 2013

Aku Suka Lari

Berlari menjadi salah satu aktivitas rutinku, seperti sekarang kami berlari melintasi jalanan mengejar lampu yg masih berwarna hijau, maklum dimedan dilampu merahpun harus super hati-hati karena ada saja yang nakal lirik kanan kiri tidak ada polisi lampu merahpun dilanggar alasannya “lampu rusak” …koq bisa rusak? Kalau ga rusak warnanya ga berubah-ubah dong …ampuuun. Ngomong-ngomong aku tidak berlari sendiri, aku bersama teman-teman sekolahku yang kebetulan dari etnis sama, kami anak anak keturunan india yang kebanyakan terkonsentrasi didaerah kampung keling Medan, nanti kalau kamu berkunjung ke medan jangan lupa lihat kuil kami yang cantik dan letaknya dipusat kota medan. Disekelilingnya kamu juga bisa merasakan kuliner khas medan maupun khas etnis India seperti martabak telur dengan kuah kari (beda ya dari martabak telur bangka), roti cane, nasi briani. Penjualnya juga dari etnis kami yang sudah sangat lama menetap di Indonesia sampai aku pun kadang lupa aku sudah keturunan keberapa yang tinggal di Indonesia. Kami berbeda dari teman teman kami yang Indonesia asli, lihat saja mata ku yg besar spt mata putri2 kartun, kulit agak gelap … tapi apa itu menjadikan kami alien, tidak juga, kami ya tetap kami, berbaur dengan segala etnis yang ada disekolah kami, hanya pada waktu pulung sekolah saja kami selalu berlari bersama karena rumah kami berdekatan. Dan aku perempuan sendiri lho, berlari membuat badan aku kuat, tinggi dan langsing (itu kata mamaku, padahal aku yakin itu menghemat waktu dan ongkos). Dirumah ibuku selalu tersenyum memandangku pulang, apakah selalu tersenyum? Tidak juga setelah tersenyum baru lebih banyak cerewetnya, apalagi liat baju seragamku yang selalu kotor sepulang sekolah, tapi yang paling aku senang ibu bisa membuat nasi briani, itu lho nasi khas etnis India yang dimasak dengan berbagai macam rempah, kaldu, susu dan daging yang membuat air liurku menetes, menurutku ini nasi terenak sedunia. Aku punya 4 orang adik yang masih kecil dan kami harus berbagi 1 kamar tidur, ya jangan bayangkan kamr kami sebesar kamar rumah yang ada disinetron itu, kamar kami hanya 3x4, dan aku masih bersyukur karena masih diberi tempat untuk tinggal, coba lihat anak-anak yang rumahnya dikolong jembatan. Kalau malam menjelang, jangan juga bayangkan aku bisa belajar dengan tenang di meja belajar, aku harus menunggu adik-adik ekcilku tertidur dan biasanya mereka lama sekali tidur, kadang inginnya bilang gara-gara ini aku ga pernah jadi juara, tapi aku tahu koq aku memang bukan anak super jenius yg penting ranking aku selalu 10 besar aku sudah sangat senang karena itulah kebahagiaanku dengan segalanya yg terbatas aku masih bisa berprestasi. Dan lingkungakupun termasuk padat rumah kami terbuka tidak seperti rumah orang-orang keturunan Chinese, mungkin karena pribadi kami terbuka dan memang tidak ada yang dikhawatirkan akan hilang dirumah. Kadang aku suka sedih kalau naik angkot atau dikelas orang-orang suka mengerenyitkan hidung, mungkin karena aroma tubuh aku sepertinya penuh dengan rempah-rempah seperti yang selalu tercium diseantero ruangan rumahku. Apapun aku bangga menjadi anak ibu dan ayahku, kami sekeluarga taat beragama dan selalu beribadah, karena kata ayahku setinggi apapun ilmu yang aku punya, sebanyak apapun harta yang aku miliki kita manusia adalah milik Tuhan.

No comments:

Post a Comment